-->
Produk Lapas Wanita Malang Tembus Pasar Tiga Negara
Malang. Beragam model rajutan
tertata rapi di rumah Raissa Anggraeni, di Jalan Tirto Utomo
Landungsari, Malang. Produksi rajutan Raissa diantaranya bros, bando,
pernak-pernik, scaf (semacam syal kecil), dan lain-lain. Uniknya, produksi rajutannya sebagian besar adalah karya 25 napi Lapas Wanita Malang.
Raissa bekerjasama dengan Lapas
wanita Sukun Malang, Jatim sejak awal 2009. Saat itu Raissa melihat
pameran produk rajutan karya napi di Pasar Minggu. Raissa tertarik
melihat karya 1 napi yang lumayan bagus. Lalu
ia menawarkan proposal kerjasama. Pihak Lapas pun juga tertarik. Sejak
itulah usaha Raissa yang dirintis sejak 2008 silam berkembang pesat.
Dalam sebulan, mereka bisa menghasilkan 10 ribu rajutan berbagai
jenis. ” selain 25 napi, ada 4 karyawan di luar napi,” tandas wanita
kelahiran 20 Oktober 1987 itu.
Dalam setiap memproduksi kerajinan rajutan, para napi dibayar mulai
Rp 250 sampai Rp 1.500 untuk satu rajutan. Perbedaan upah itu,
tergantung tingkat kesulitan rajutan. Rata-rata dalam 3 hari napi
dibayar mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 50.000, sesuai dengan jumlah
rajutan yang diproduksi.
”Memang sedikit, karena mereka buat jika ada waktu senggang saja.
Apalagi napi di sana yang kasusnya narkoba, mayoritas orang kaya. Jadi
tidak butuh uang. Hanya jadi hiburan saja,” kata ibu dari Muadz Al
Khatabah itu.
Bagi Raissa memperkerjakan napi ada suka dan dukanya. Pernah suatu
ketika Raissa mendapat pesanan banyak dari seorang pelanggannya. Namun,
saat pengambilan ternyata rajutan belum jadi.
Hal tersebut mengurangi kepercayaan pelanggannya. ”Itu karena napi mood-nya kadang bagus kadang tidak,” ucap alumnus SMAN 8 Kota Malang itu.
Oleh sebab itu, Saat ini Raissa memberlakukan peraturan yang ketat
dan disiplin. Jika ada napi yang tidak giat membuat rajutan, Raissa
tidak segan-segan untuk mencoret dari daftar napi yang membuat
rajutannya. ”Itu karena kita ingin mengajarkan kedisiplinan, kalau tidak
begitu usaha kita akan kacau,” jelas alumnus SMPN 6 Kota Malang itu.
Raissa mempunyai kebanggaan tersendiri bisa memperdayakan para napi.
Raissa juga mendapatkan juara dua wirausaha muda berprestasi tingkat
nasional dari Kemenpora awal 2010 lalu. ” saat itu karena memperdayakan
napi, Alhamdulillah saya bisa berprestasi,” imbuh anak pertama dari Endang Prihastuti.
Berkat juara tersebut, Raisa mendapat uang Rp. 15 juta yang kemudian
dipakai untuk mengembangkan usahanya. Sebenarnya ia juga berkesempatan
berkunjung ke Jepang untuk studi banding. Namun, syaratnya harus berumur
25 tahun, sedangkan Raissa saat itu berumur 23 tahun.
Selain juara nasional oleh kontempora, Raissa juga mendapatkan juara
tiga pemuda pelopor yang diadakan oleh pemerintah Jatim. Raissa juga
pernah menjadi finalis wirausaha muda yang di adakan oleh Bank Mandiri.
Saat ini Raissa berjualan dengan sistem online yang sudah
mengekspor produksinya ke tiga negara. Yaitu Malaysia, Singapura, dan
Australia. ” hanya 25 persen yang keluar negeri. Sisanya di dalam negeri
saja,” imbuh istri Fredi Santoso itu.
Pendapatan Raissa berhasil memperoleh laba kotor Rp 10 juta per bulan. Jika ramai bisa mencapai Rp 40 juta setiap bulannya. (nis/ RM)
Silahkan anda mengisi komentar pada form yang disediakan. Komentar yang mengandung unsur Sara, Politik, Fitnah dan Pornografi akan kami hapus.
EmoticonEmoticon