23 May 2013

Produk Lapas Wanita Malang Tembus Pasar Tiga Negara

Malang. Beragam model rajutan tertata rapi di rumah Raissa Anggraeni, di Jalan Tirto Utomo Landungsari, Malang. Produksi rajutan Raissa diantaranya bros, bando, pernak-pernik, scaf (semacam syal kecil), dan lain-lain. Uniknya, produksi rajutannya sebagian besar adalah karya 25 napi Lapas Wanita Malang.

Raissa bekerjasama dengan Lapas wanita Sukun Malang, Jatim sejak awal 2009. Saat itu Raissa melihat pameran produk rajutan karya napi di Pasar Minggu. Raissa tertarik melihat karya 1 napi yang lumayan bagus. Lalu ia menawarkan proposal kerjasama. Pihak Lapas pun juga tertarik. Sejak itulah usaha Raissa yang dirintis sejak 2008 silam berkembang pesat.

Dalam sebulan, mereka bisa menghasilkan 10 ribu rajutan berbagai jenis. ” selain 25 napi, ada 4 karyawan di luar napi,” tandas wanita kelahiran 20 Oktober 1987 itu.

Dalam setiap memproduksi kerajinan rajutan, para napi dibayar mulai Rp 250 sampai Rp 1.500 untuk satu rajutan. Perbedaan upah itu, tergantung tingkat kesulitan rajutan. Rata-rata dalam 3 hari napi dibayar mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 50.000, sesuai dengan jumlah rajutan yang diproduksi.

”Memang sedikit, karena mereka buat jika ada waktu senggang saja. Apalagi napi di sana yang kasusnya narkoba, mayoritas orang kaya. Jadi tidak butuh uang. Hanya jadi hiburan saja,” kata ibu dari Muadz Al Khatabah itu.

Bagi Raissa memperkerjakan napi ada suka dan dukanya. Pernah suatu ketika Raissa mendapat pesanan banyak dari seorang pelanggannya. Namun, saat pengambilan ternyata rajutan belum jadi.

Hal tersebut mengurangi kepercayaan pelanggannya. ”Itu karena napi mood-nya kadang bagus kadang tidak,” ucap alumnus SMAN 8 Kota Malang itu.

Oleh sebab itu, Saat ini Raissa memberlakukan peraturan yang ketat dan disiplin. Jika ada napi yang tidak giat membuat rajutan, Raissa tidak segan-segan untuk mencoret dari daftar napi yang membuat rajutannya. ”Itu karena kita ingin mengajarkan kedisiplinan, kalau tidak begitu usaha kita akan kacau,” jelas alumnus SMPN 6 Kota Malang itu.

Raissa mempunyai kebanggaan tersendiri bisa memperdayakan para napi. Raissa juga mendapatkan juara dua wirausaha muda berprestasi tingkat nasional dari Kemenpora awal 2010 lalu. ” saat itu karena memperdayakan napi, Alhamdulillah saya bisa berprestasi,” imbuh anak pertama dari Endang Prihastuti.

Berkat juara tersebut, Raisa mendapat uang Rp. 15 juta yang kemudian dipakai untuk mengembangkan usahanya. Sebenarnya ia juga berkesempatan berkunjung ke Jepang untuk studi banding. Namun, syaratnya harus berumur 25 tahun, sedangkan Raissa saat itu berumur 23 tahun.

Selain juara nasional oleh kontempora, Raissa juga mendapatkan juara tiga pemuda pelopor yang diadakan oleh pemerintah Jatim. Raissa juga pernah menjadi finalis wirausaha muda yang di adakan oleh Bank Mandiri.

Saat ini Raissa berjualan dengan sistem online yang sudah mengekspor produksinya ke tiga negara. Yaitu Malaysia, Singapura, dan Australia. ” hanya 25 persen yang keluar negeri. Sisanya di dalam negeri saja,” imbuh istri Fredi Santoso itu.

Pendapatan Raissa berhasil memperoleh laba kotor Rp 10 juta per bulan. Jika ramai bisa mencapai Rp 40 juta setiap bulannya. (nis/ RM)

Sumber: http://malangraya.web.id/

Silahkan anda mengisi komentar pada form yang disediakan. Komentar yang mengandung unsur Sara, Politik, Fitnah dan Pornografi akan kami hapus.
EmoticonEmoticon